Sabtu, 03 November 2012

PENGERTIAN ILMU AQO’ID



PENGERTIAN ILMU AQO’ID
Oleh: KH. Abdul Wahhab Chasbullah


Tulisan KH. Abdul Wahab Chasbullah ini adalah mengenai ilmu Aqo’id yang pernah dimuat secara bersambung pada majalah ‘Oetusan Nahdlatul Oelama’ pada awal tahun 1928. Hal ini dipandang perlu mengingat ilmu Aqoi’d sebagai salah satu asas dalam memahami Islam secara sempurna -kaffah-, kini mulai jarang disentuh. Bahkan hampir mengalami ‘kepunahan’. Buktinya, jarang sekali kita mendengar istilah Aqoi’d, apalagi ilmu Aqoi’d. Telinga dan mata kita lebih familier dengan istilah Aqidah Islam, Aqidah Ahlussunnah atau malahan kalimat pertentangan aqidah. Semuanya kita fahami begitu saja tanpa pikir panjang.
Selanjutnya diterangkan bahwa ilmu aqoid sebagaimana diterangkan dalam kitab al-Bajuri dan Jam’ al-Jawaami’ sebagai berikut:

العلم بالعقائد الدينية الاعتقادية اليقينية المكتسب من ادلتها الشرعية

“Pengetahuan yang terikat dalam masalah keyakinan keagamaan yang diambil dari dalil-dalil syara’.

Adapun guna mempelajari ilmu Aqoi’d adalah untuk membetulkan dan meneguhkan iman manusia kepada Tuhannya Allah Jalla wa ‘Alaa. Iman yang benar akan mengesahkan segala amal ibadah seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lain-lannya. Dan surga menjadi pahala balasan di akhirat nanti. Namun, jika iman seseorang tidak dalam posisi yang benar, maka semua amal itu akan sia-sia. Dan di akhirat nanti neraka sebagai ganjarannya.
Melihat posisi dan guna ilmu Aqoi’d yang begitu pentingnya, maka belajar ilmu Aqoi’d hukumnya fardhu ain. Artinya wajib bagi setiap orang yang berakal untuk mempelajarinya.
Ilmu Aqoi’d dinamakan demikian karena pengetahuan ini berisikan satu bundelan (ikatan) mengenai sahnya iman dan islam yang jumlahnya 50, yang terkenal dengan istilah Aqoi’d Seket (50). Dengan perincian; 20 sifat wajib bagi Allah, 20 sifat mustahil bagi Allah, 1 sifat jaiz bagi Allah, 4 sifat wajib bagi para Rasul, 4 mustahil bagi para Rasul dan 1 sifat jaiz bagi para Rasul. Semuanya itu terkandung di dalam kalimah Laa Ilaaha Illallaah.
Ilmu Aqoi’d juga disebut ilmu ushuluddin, yaitu ilmu mengenai pokoknya agama. Karena itu bagi siapapun orangnya beribadah siang malam, tetapi tidak memiliki pengetahuan ilmu ini, maka ibadah itu dianggap tidak sah.
Selain itu, ilmu ini juga disebut dengan ilmu kalam (ilmu bicara), karena siapapun tidak akan dapat memahami ilmu Aqoi’d ini secara benar, apabila belum dibicarakan dengan panjang lebar dan penuh perhatian. Bahkan perlu digaris bawahi bahwa memahami ilmu Aqoi’d ini tidak cukup dengan membaca buku saja tetapi harus melalui seorang guru (digurukan).
Demikian diterangkan oleh KH. Abdul Wahab Chasbullah dalam Majalah Oetusan Nahdlatul Oelama. Adapun mengenai medan pembahasan ilmu Aqoi’d akan diterangkan menyusul. Penulisan ulangan tulisan beliau ini tentunya disertai perubahan ejaan dan gaya bahasa yang berlaku sekarang (EYD) untuk mempermudah pemahaman.

Sumber: Oetusan Nahdlatul Oelama, No1. Tahun ke-1

Sya’roni As-Samfuriy, Indramayu 18 Dzul Hijjah 1433 H

Jumat, 02 November 2012

Agenda Da'wah Habib Umar bin Hafidz di Jakarta, Muharam 1434 H

Agenda Da'wah Habib Umar bin Hafidz di Jakarta, Muharam 1434 H

Ahlan Wa Sahlan Guru Mulia Habib Umar Bin Muhammad Bin Hafidz


Berikut adalah jadwal kegiatan da'wah Habib Umar bin Hafidz dalam kunjungannya ke Jakarta, Indonesia

29 Nopember 2012     : Ba’da Isya Tabligh & Dzikir Akbar di Gedung Dalail Khoirot (Jaksel)
30 Nopember 2012     : Khuthbah dan Sholat Jum’at di Masjid Istiqlal (Jakpus)
1 Desember 2012        : Rauhah Ba’da Maghrib di Jl. Komplek Hankam, Cidodol (Jaksel)
2 Desember 2012        : Haul Syekh Abubakar bin Salim Pagi Hari di Cidodol (Jakpus)
3 Desember 2012        : Ba’da Isya Dzikir & Tabligh Akbar Majelis Rasulullah Saw. di Lapangan Monumen Nasional/Monas (Jakpus)

MENGENAL 10 MACAM BUHUR (MENYAN) DAN HUKUM MEMAKAINYA

MENGENAL 10 MACAM BUHUR (MENYAN) DAN HUKUM MEMAKAINYA

1.      Buhur Magribi
Buhur ini terbuat dari bahan kayu gaharu dan kayu cendana yang dihaluskan dengan campuran minyak khusus. Warnanya agak hitam legam dan agak basah aromanya agak menyengat dan bila dibakar asapnya berwarna putih kehijauan untuk memilih buhur ini haruslah teliti dan berhati-hati karena buhur ini telah beredar 100 macam lebih dengan bahan berbeda tetapi namanya berbeda. Sebagai buhur berkelas, kita harus tahu mana yang bisa dipakai dan mana yang tidak. Sebagai antisipasinya, cobalah ambil sedikit buhur tersebut, dan gosokkan pada kedua telapak tangan Anda. Apabila buhur tersebut berminyak serta mengandung noda kecoklatan,maka itulah yang harus diplih.

2.      Buhur Apel Jin
Madat ini tebuat dari ampas madu lebah lanceng yang dicampur dengan minyak khusus, warnanya hitam bercampur putih kekuning-kuningan. Apabila dibakar baunya lembut namun cepat menyebar ke seluruh ruangan dan asapnya berwarna hitam keputihan. Untuk meneliti asli tidaknya Apel Jin tersebut yaitu dengan cara: apabila dipegang terasa lengket dan sulit dilepaskan, apabila ditekan akan terasa lembek dan tidak mudah patah atau putus dan apabila ditempelkan pada sehelai kain bekasnya tidak akan luntur.

3.      Buhur Ja’faron
Terbuat dari daun pohon salwa yang dikeringkan. Daun tersebut nantinya ditumbuk dan mengeluarkan getah berwarna merah seperti warna darah dan sudah mengandung aroma wangi secara alami. Buhur ini tidak bisa ditiru dan diracik oleh orang-orang Indonesia karena pohonnya hanya tumbuh di sekitar gurun pasir dan hanya terdapat di daerah Arab Saudi, Yaman, Turki dan sekitarnya.

4.      Buhur Ambar
Buhur ini terbuat dari serutan pohon kurma ambar yang dicampur denagn minyak zaitun serta sepuluh minyak khusus lainnya. Warnanya merah muda dan agak kering. Bila dibakar asapnya sedikit, namun aromanya sangat merebak lebut serta enak dihirup. Buhur ini sangat disukai oleh para sahabat nabi Saw. karena kelembutannya seta wanginya yang sangat khas. Untuk mendapatkan Buhur Ambar sangat lah susah , dikeranakan harganya sepuluh kali lebih mahal dari buhur lainnya (bisa samapai jutaan rupiah).

5.      Buhur Sulthon
Terbuat dari serutan kulit kayu cendana yang dicampur dengan serbuk menyan arab. Warnanya hitam keputihan, aromanya khas bau kemenyan dan mudah dikenali.

6.      Buhur Malik atau Al-Mulku
Bahannya dari kayu setinngi serta daun sirih yang dihaluskan dengan campuran minyak cendana merah, aromanya sedikit menyengat dan berwarna hitam kemerahan. Bila dibakar asapnya berwarna putih hitam atau bisa semu hijau. Ciri yang akurat untuk memilih buhur ini adalah bila dipegang terasa dingin.

7.      Buhur Al-Yamani
Buhur ini berasal dari negara Yaman. Daun terbuat dari 7 getah pohon yang berbeda, warnanya hitam dan mengandung butiran kristal merah. Baunya sangat lembut dan tidak menyengat hidung. Ciri dari buhur ini adalah bila kita menghirup baunya seolah ingin batuk, bersin atau gatal tenggorokan.

8.      Buhur Salwa
Terbuat dari kayu salwa yang dicampur dengan cendana merah atau disebut juga minyak Sayidina Ali. Warnanya ada yang merah juga ada yang hitam. Ciri dari buhur ini adalah bila dipegang akan meninggalkan warna yang membekas di tangan.

9.      Buhur Al-Udud
Buhur ini tidak banyak keberadaannya karena bahannya yang sangat sulit dicari yaitu pohon attakif dan hanya ada di negara Baghdad (Irak). Warnanya putih cream dan bentuknya seperti pasta. Buhur ini sangat disukai sekali oleh seluruh bangsa Gaibiyah.

10.  Buhur Fathul Jin
Buhur ini dikhususkan sebagai sarana penghubung bangsa jin. Warnanya putih dan berbentuk kristal. Bila dibakar asapnya sangat banyak dan berwarna putih bersih. Untuk membuktikan keaslian buhur ini celupkan butiran kristal putih pada segelas air tawar. Bila butiran tersebut berwarna seperti warna air berarti buhur itulah yang asli. Karena banyak buhur yang berbentuk butiran kristal namun terbuat dari bahan kimia yang tidak bisa berubah warna.


Benarkah Nabi Muhammad Saw. Menyukai Bau Wewangian  (Menyan)?

Membakar dupa wangi ketika berdzikir, membaca al-Qur'an, berada di majlis ilmu maka wangi-wangian (tathayyub) hukumya sunnah berdasarkan senangya Nabi Muhammad Saw. pada sesuatu yang harum dan nabi senang dengan wewangian. Bliau Saw. sering memakainya dan mendorong para sahabat untuk menggunnakanya. (Lihat dalam kitab Bulghat ath-Thullab halaman 53-54).

مسئلة ج اخراق البخور عند ذكر الله و نحوه كقراءة القرأن و مجلس العلم له اصل فى السنة من حيث ان النبى صلى الله عليه و سلم يحب الريح الطيب الحسن و يحب الطيب و يستعملها كثيرا بلغة الطلاب ص 54-53

“Membakar dupa atau kemenyan ketika berdzikir pada Allah dan sebagainya seperti membaca al-Qur'an atau di majlis-majlis ilmu, mempunyai dasar dalil dari al-Hadits yaitu dilihat dari sudut pandang bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad Saw. menyukai bau wangi dan menyukai minyak wangi dan beliau pun sering memakainya.” (Bulghat ath-Thullab halaman 53-54).


قال بعض أصحابنا ويستحب أن يبخر عند الميت من حين يموت لانه ربما ظهر منه شئ فيغلبه رائحة البخور

“Sahabat-sahabat kita (dari Imam Syafi’i) berkata: “Sesungguhnya disunnahkan membakar dupa di dekat mayyit karena terkadang ada sesuatu yang muncul maka bau kemenyan tersebut bisa mengalahkan/menghalanginya.” (Al-Majmu' Syarh Muhadzdzab juz 5 halaman 160).

Wallaahu a'lamu bi ash-showaab.


Sya’roni as-Samfuriy, Indramayu 17 Dzul Hijjah 1433

Gus Dur Dan Wali



Gus Dur Dan Wali


Mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pernah kedatangan tamu istimewa yang berpakaian lusuh namun ternyata seorang wali. Menurut pengakuan salah satu santri Gus Dur bernama Nuruddin Hidayat, setiap menerima tamu Gus Dur berpenampilan santai. Namun
suatu ketika Gus Dur pernah meminta untuk dipakaiakan baju takwa, kain sarung dan peci, seperti ketika mau sholat Idul Fitri.
Tamu yang akan diterimanya itu ternyata dari Aceh menggunakan berpakaian sederhana, dekil, dan memakai celana sebetis. Setelah keduanya bersalaman, Gus Dur dan sang tamu duduk di karpet tetapi tak ada obrolan di antara keduanya. Gus Dur tidur, tamunya juga tidur, suasana menjadi sunyi yang berlangsung sekitar 15 menit.
Setelah sang tamu bangun, ia langsung pamit pulang, tak ada pembicaraan. Nuruddin merasa penasaran, segera bertanya kepada Gus Dur setelah sang tamu pulang. Dia kaget mendengar penjelasan Gus Dur bahwa tamu tersebut adalah wali dari Aceh bernama
Tengku Beurahim Wayla dari Aceh Barat.
"Itu Wali, tidak ada yang seperti beliau di Indonesia, adanya di Sudan,” ungkap Gus Dur. Sebagian masyarakat Aceh Barat menyebutnya sebagai 'Dewa Tidur', yang menghabiskan hari-harinya dengan tidur. Tgk Ibrahim Woyla juga bisa mengetahui perilaku seseorang dan sering sekali orang yang menemui beliau dibacakan kesalahannya untuk diperbaiki.
Sebelum terjadinya tsunami, Abu Ibrahim yang pernah mengatakan; air laut bakal naik sampai setinggi pohon kelapa, terbukti tsunami. Tokoh kharismatik ini meninggal
pada Juli 2009 dalam usia 90 tahun di Desa Pasi Aceh, Woyla, Kabupaten Aceh Barat dan dikebumikan tak jauh dari rumahnya.
Wali memang kekasih Allah, tetapi diantara wali sendiri terdapat tingkatan-tingkatan. Semakin tinggi tingkatan seorang wali, mereka yang posisinya lebih rendah akan lebih menghormatinya.
Kali ini, cerita salah satu karomah Gus Dur diungkapkan oleh KH. Said Aqil Sirodj saat menjalankan umrah Ramadhan, ketika Gus Dur masih menjadi ketua umum PBNU. Kang Said menuturkan setelah sholat Tarawih berjamaah, ia diajak oleh Gus Dur untuk mencari orang
yang khowash (khusus), yang ibadahnya semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah dan malu mengharapkan pahala, meskipun itu tidak dilarang. Mereka sudah berprinsip, manusia
datangnya dari Allah, maka dalam beribadah, tak sepantasnya mengharapkan imbalan.
Berdua bersama Gus Dur, mereka mengunjungi satu per satu kelompok orang yang member pengajian, ada yang jenggotnya panjang, ada yang kitabnya setumpuk dan mampu menjawab segala macam pertanyaan, ada yang jamaahnya banyak, tetapi semuanya dilewati.
Lalu sampailah mereka di hadapan seorang Mesir yang sederhana, surbannya tidak besar, duduk di sebuah sudut. Kang Said selanjutnya diminta oleh Gus Dur untuk memperkenalkan dirinya sebagai Ketua Umum Nahdlatul Ulama dari Indonesia.
Tak seperti biasanya, orang Mesir terkenal dengan keramahannya, biasanya langsung ahlan wasahlan ketika menerima tamu, tetapi yang satu ini bersikap agak ketus ketika ditanya. Kang Said menyampaikan niat dari Gus Dur untuk meminta sekedar doa selamat dari orang tersebut. Setelah berdoa ia langsung lari, dan menarik sajadahnya sambil berkata; “Dosa apa aku ya Robbi sampai Engkau buka rahasiaku dengan orang ini”.
Kang Said berkesimpulan bahwa orang tersebut merupakan wali yang sedang bersembunyi, jangan sampai orang lain tahu bahwa ia adalah wali, tetapi ternyata kewaliannya diketahui oleh Gus Dur, yang derajat kewaliannya lebih tinggi, dan ia merasa rahasianya terungkap karena ia memiliki dosa.

Dari berbagai sumber
Sya’roni As-Samfuriy, 17 Dzul Hijjah 1433