Minggu, 20 Januari 2013

Husnudzdzann (Berperasangka Baik) adalah Ibadah Terindah



Husnudzdzann (Berperasangka Baik) adalah Ibadah Terindah



Oleh: KH. Ahmad Madzkur Awab 

Dalam taushiyahnya al-Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan  mengutip Hadits Rasul Saw. yang bersabda:

 أذكروا محاسن موتاكم 

“Sebutkanlah hal-hal kebaikan pada orang-orang yang telah wafat.”

Jangan malah mencaci atau bahkan menggunjingi yang jelas pendahulu kita apalagi tokoh ummat adalah orang yang lebih terdahulu berkiprah untuk ummat. Sebelum kita
mau melaknat atau mencaci iblis sekalipun kita ini dapat apa? Walaupun jutaan kali, kata Habib Jindan.

Apalagi yang dicaci adalah orang mukmin muslim yang juga belum tentu kita lebih afdhal atau lebih selamat darinya. Akhlaq Rasul Saw. adalah Akhlaq al-Quran. Bagaimana kalau kita mau mencontoh Nabi? Dalam firman Allah Swt. kita baca bagaimana cermin seorang mukmin:

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “Wahai Rabb Kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami telah beriman lebih dahulu dari kami dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian terhadap orang-orang yang beriman (berada) dalam hati kami. Wahai Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr ayat 10)

Jadi marilah kita jangan mencaci para ulama, kalau kita mau mencontoh Nabi Saw. Coba kita ingat saat Nabi Saw. dan para sahabatnya diembargo sampai makan dedaunan pohon dan dilempari kotoran disaat melakukan sholat, saat melewati satu jalan dilempari batu bahkan hampir dibunuh dikatain tukang sihir sampai disayembarakann siapa yang dapat memenggal kepala beliau Saw. akan dikasih seratus onta.

Wah kalau onta-onta itu diuangkan menjadi milyaran, tapi bagaimana sikap beliau Saw. ketika Fathu Makkah apa beliau Saw. mencincang-cincang orang tadi? Menyiksa orang yang menghina Islam dan Rasul tidak? Tapi bagaimanakah Nabi membalas mereka dengan berkata pada mereka saat Fathu Makkah:

ما تظنون أني فاعل بكم

“Apa yang kamu sangka atau kamu kira-kirakan tentang sesuatu yang akan aku lakukan pada kalian sekarang?”

Mereka menjawab:

أنت كربم ابن الكريم

“Engkau pemurah hati yang mulia dan keturunan para pemurah hati.”

Hehehe mana kok sekarang gak bilang Nabi Saw. tukang sihir atau gila atau pendusta? Begitulah kalau sudah posisi di bawah, tapi bagaimana Nabi Saw. mendengar jawaban tadi, apa Nabi Saw. malah menyiksa mereka atau mengungkitlah minimal apa yang mereka perbuat pada Nabi Saw.? Allahumma sholli ‘alaa Muhammad... tidak!!! Tidak!!! Akan tetapi Nabi Saw. berkata:

إذهبوا وأنتم الطلقاء

“Pergilah kalian... kalian semua bebas dan aman.” 

Allahumma sholli ‘alaa Muhammad...

Begitu indah akhlaq Nabi Saw. dan akhlaq seorang mukmin. Dan begitu indah ibadah berhusnudzdzann, gak capek tapi dapat pahala daripada hatinya gak saliim “Yauma laa yanfa'u maalun walaa banuun illaa man atalloha biqolbin saliim.”

Hati yang saliim atau selamat di sini bukannya hati yang selamat dari kangker kronis atau apa segala macam, itu mah mati kemudian sembuh hehehe. Nah kalau penyakit hati ini, di dunianya capek di akhirat apalagi. Semisal riya’ dan sum'ah, capeeeeeek kan? capek badan ini kalau ada ustadz sholatnya lama sampai sepuluh menit hehehe. Iri, dengki, capeeek gak? capeeek kan?

Jadi marilah bersihkan hati kita dari iri, dengki, hasud dll. itu penyakit dari hidup bahayanya sampai mati.


Ditulis ulang oleh: Sya’roni As-Samfuriy, Indramayu 9 Rabi’ul Awwal 1434 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar