Siapa gerangan Semut Sulaiman?
Ø dia adalah semut wanita (abu hanifah)
bernama yamhalun (ad-damiri) juga
bernama hazma/thohiyah/syahidah
(sulaiman al-jamal), dan semut wanita ini pincang (al-birmawy).
Ø ketika Sulaiman a.s berhajat
menunaikan sholat istisqo' di lembah naml, semut wanita nan pincang ini berkata
kepada kaumnya: ''wahai para semut
masuklah kesarang, hingga jangan sampai kalian hancur akibat sulaiman dan
kaumnya sedang mereka tidak tahu'' (an-naml:18).
Ø semut ini lantas menjatuhkan diri di
atas punggungnya seraya berdo'a: ''wahai
Alloh, aku adalah makhluk dari beberapa makhluqMu, tiada kecukupan bagi kami
selain rizkiMu, maka jangan Engkau hancurkan kami akibat dosa-dosa anak adam''.
(sulaiman al-jamal).
Ø Nabi Sulaiman a.s lantas tersenyum
dan berdo'a mengharap syukur dan Ridho (an-Naml:19).
Ø coba kita fikir polarisasi antara
keduanya, manusia dan semut, laki-laki dan wanita, sempurna dan cacat, kaya
raya dan fakir miskin, Nabi juga Rasul dan hamba, Raja adikuasa dan rakyat
jelata.
Ø yang terhebat dari kisah ini adalah
Kehebatan Nabi Sulaiman a.s yang mampu menggerus rasa keegoisanNya, mematikan
perasaanNya. Pengendalian diri yang sempurna. Berbeda jauh dengan apa yang
sering kita lihat, manusia yang penuh egois, tidak ada kebenaran apapun selain
dia, tidak ada yang boleh berlaku kecuali dia, hingga tak satupun ada darinya
yang boleh tersentuh.
Ø jika anda berkata: ''Sulaiman kan Nabi, sementara kita orang
biasa, mana bisa meniruNya?''. Maka marilah kita jawab: ''bahwa perbedaan status Nabi dan manusia
biasa bukanlah sebuah alasan untuk melakukan tindakan yang tak benar, perbedaan
status janganlah menjadi tameng atas dihalalkannya tindakan buruk. Selebihnya
adanya Nabi dan Rasul adalah akibat dari kedisiplinan, ketakwaan, dan ketaatan,
bukan semata hadiah belaka dari Tuhan. Hingga di akhirat nanti setiap orang
akan ditanya setiap amalnya tanpa ditanya statusnya. Jika Nabi sekaligus Raja
adidaya yang memiliki segalanya bisa menghormati dan berendah diri terhadap
semut, akankah anda yang manusia biasa bercongkak diri, dan melakukan dosa
dengan beralasan perbedaan status?''.
Ø kisah Nabi Sulaiman a.s dan semut
ini disebutkan dalam alqur'an sebagai keteladaan dalam menghormati, menghargai,
menjaga dan rasa toleransi terhadap sesama makhluk Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar