ULAMA-ULAMA INDONESIA DI HAROMAIN (MAKKAH DAN
MADINAH) EMBRIO NU DI INDONESIA
Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Bin Hasyim
Bin Yahya
Banyak diantara kita yang kepaten obor, kehilangan sejarah,
terutama generasi-generasi muda. Hal itupun tidak bisa disalahkan, sebab orang
tua-orang tua kita, sebagian jarang memberi tahu apa dan bagaimana sebenarnya
Nahdlatul Ulama itu.
Karena pengertian-pengertian mulai dari sejarah bagaimana berdirinya NU,
bagaimana perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan NU, bagaimana asal usul
atau awal mulanya Mbah Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan NU dan mengapa Ahlus
sunah wal jamaah harus diberi wadah di Indonesia ini.
Dibentuknya NU sebagai wadah Ahlu Sunah bukan semata-mata KH Hasyim Asy’ari
ingin ber-inovasi, tapi memang kondisi pada waktu itu sudah sampai pada kondisi
dloruri, wajib mendirikan sebuah wadah. Kesimpulan bahwa membentuk sebuah wadah
Ahlus Sunah di Indonesia menjadi satu keharusan, merupakan buah dari pengalaman
ulama-ulama Ahlu Sunah wal jama'ah, terutama pada rentang waktu pada tahun 1200
H sampai 1350 H.
Pada kurun itu ulama Indonesia sangat mewarnai, dan perannya dalam
menyemarakan kegiatan ilmiyah di Masjidil Haram tidak kecil. Misal diantaranya
ada seorang ulama yang sangat terkenal, tidak satupun muridnya yang tidak
menjadi ulama terkenal, ulama-ulama yang sangat tabahur fi ilmi Syari’ah, fi
thoriqoh wa fi ilmi tasawuf, ilmunya sangat melaut luas dalam syari’ah,
thoriqoh dan ilmu tasawuf. Dintaranya dari Sambas, Ahmad bin Abdu Somad Sambas.
Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama-ulama besar seperti Kyai Tholhah
Gunung jati Cirebon.
Kiai Tholhah ini adalah kakek dari Kiai Syarif Wonopringgo, Pekalongan.
Muridnya yang lain, Kiai Syarifudin bin Kiai Zaenal Abidin Bin Kiai Muhammad
Tholhah. Beliau diberi umur panjang, usianya seratus tahun lebih. Adik
seperguruan beliau diantaranya Kiai Ahmad Kholil Bangkalan. Kiai kholil lahir
pada tahun 1227 H. Dan diantaranya murid-murid Syeh Ahmad sambas yaitu Syekh
Abdul Qodir Al Bantan, yang menurunkan anak murid, yaitu Syekh Abdul Aziz
Cibeber Kiai Asnawi Banten. Ulama lain yang sangat terkenal sebagai ulama
ternama di Masjidil Harom adalah Kiai Nawawi al Bantani.
Beliau lahir pada tahun 1230 H dan meninggal pada tahun 1310 H, bertepatan
dengan meninggalnya mufti besar Sayid Ahmad Zaini Dahlan. Ulama Indonesia yang
lainnya yang berkiprah di Masjidil Harom adalah Sayid Ahmad an Nahrowi Al
Banyumasi, beliau diberi umur panjang, beliau meninggal pada usia 125. Tidak
satupun pengarang kitab di Haromain; Mekah-Madinah, terutama ulama-ulama yang
berasal dari Indonesia yang berani mencetak kitabnya sebelum ada pengesahan
dari Sayidi Ahmad an Nahrowi Al Banyumasi.
Syekh Abdul Qadir Al Bantani murid lain Syekh Ahmad bin Abdu Somad Sambas,
yang mempunyai murid Kiai Abdul Latif Cibeber dan Kiai Asnawi Banten. Adapun
ulama-alama yang lain yang ilmunya luar biasa adalah Sayidi Syekh Ubaidillah
Surabaya, beliau melahirkan ulama yang luar biasa yaitu Kiai Ubaidah Giren Tegal,
terkenal sebagai Imam Asy’ari-nya Indonesia.
Dan melahirkan seorang ulama, auliya besar, Sayidi Syekh Muhammad Ilyas
Sukaraja. Guru dari guru saya Sayidi Syekh Muhamad Abdul Malik. Yang mengajak
Syekh Muhammad Ilyas muqim di Haromain yang mengajak adalah Kiai Ubaidah
tersebut, di Jabal Abil Gubai, di Syekh Sulaiman Zuhdi. Diantaranya murid
muridnya lagi di Mekah Sayidi Syekh Abdullah Tegal. Lalu Sayidi Syekh Abdullah
Wahab Rohan Medan, Sayid Syekh Abdullah Batangpau, Sayyidi syekh Muhmmad Ilyas
Sukaraja, Sayyidi Syekh Abdul Aziz bin Abdu Somad al Bimawi, dan Sayidi Syekh
Abdullah dan Sayidi Syekh Abdul Manan, tokoh pendiri Termas sebelum Kiai Mahfudz
dan sebelum Kiai Dimyati.
Dijaman Sayidi Syekh Ahmad Khatib Sambas ataupun Sayidi Syekh Sulaiman
Zuhdi, murid yang terakhir adalah Sayidi Syekh Ahmad Abdul Hadi Giri Kusumo
daerah Mranggen. Inilah ulama-ulama indonesia diantara tahun 1200 H sampai
tahun 1350. Termasuk Syekh Baqir Zaenal Abidin jogja, Kyai Idris Jamsaren, dan
banyak tokoh-tokoh pada waktu itu yang di Haromain. Seharusnya kita bangga dari
warga keturunan bangsa kita cukup mewarnai di Haromain, beliau-beliau memegang
peranan yang luar biasa. Salah satunya guru saya sendiri Sayyidi Syekh Abdul
Malik yang pernah tinggal di Haromain dan mengajar di Masjidil Haram khusus
ilmu tafsir dan hadits selama 35 tahun.
Beliau adalah muridnya Syekh Mahfudz Al Turmidzi. Mengapa saya ceritakan
yang demikian, kita harus mengenal ulama-ulama kita dahulu yang menjadi mata
rantai berdirinya NU, kalau dalam hadits itu betul-betul tahu sanadnya, bukan
hanya katanya-katanya saja, jadi kita harus tahu darimana saja ajaran Ahli
Sunah Wal Jamaah yang diambil oleh Syekh Hasyim Asy’ari.
Bukan sembarang orang tapi yang benar-benar orang-orang tabahur ilmunya,
dan mempunyai maqomah, kedudukan yang luar biasa. Namun sayang peran penting
ulama-ulama Ahlu Sunah di Haromain pada masa itu (pada saat Syarif Husen
berkuasa di Hijaz), khsusunya ulama yang dari Indonesia tidak mempunyai wadah.
Kemudian hal itu di pikirkan oleh kiai Hasyim Asy’ari disamping mempunyai latar
belakang dan alasan lain yang sangat kuat sekali.
Menjelang berdirinya NU beberapa ulama besar kumpul di Masjidil Harom, -ini
sudah tidak tertulis dan harus dicari lagi nara sumber-sumbernya, beliau-beliau
menyimpulkan sudah sangat mendesak berdirinya wadah bagi tumbuh kembang dan
terjaganya ajaran Ahlu Sunah Wal Jamaah. Akhirnya di istiharohi oleh para
ulama-ulama Haromain, lalu mengutus Kiai Hasyim Asy’ari untuk pulang ke
Indonesia agar menemui dua orang di Indonesia, kalau dua orang ini mengiakan
jalan terus kalau tidak, jangan diteruskan. Dua orang tersebut yang pertama
Habib Hasyim bin Umar Bin Toha Bin Yahya Pekalongan, yang satunya lagi Mbah
kholil Bangkalan.
Oleh sebab itu tidak heran jika Mukatamar NU yang ke 5 dilaksanakan di
Pekalongan tahun 1930 M. Untuk menghormati Habib Hasyim yang wafat pada itu.
Itu suatu penghormatan yang luar biasa. Tidak heran kalau di Pekalongan sampai
dua kali menjadi tuan rumah Muktamar Thoriqoh. Tidak heran karena sudah dari
sananya, kok tahu ini semua sumbernya dari mana? Dari seorang yang soleh, Kiai
Irfan. Suatu ketika saya duduk-duduk dengan Kiai Irfan, Kiai Abdul Fatah dan
Kiai Abdul Hadi. Kiai Irfan bertanya pada saya “kamu ini siapanya Habib
Hasyim?”. Yang menjawab pertanyaan itu Kiai Abdul Fatah dan Kiai Abdul Hadi; “ini
cucunya Habib Hasyim Yai”.
Akhirnya saya di beri wasiat, katanya; ‘mumpung saya masih hidup tolong
catat sejarah ini. Mbah Kiai Hasyim Asy’ari datang ketempatnya Mbah Kiai Yasin,
Kiai Sanusi ikut serta pada waktu itu. Disitu diiringi oleh Kiai Asnawi Kudus,
terus diantar datang ke Pekalongan, lalu bersama Kiai Irfan datang ke
kediamannya Habib Hasyim. Begitu KH. Hasyim Asy’ari duduk, Habib Hasyim
langsung berkata, ‘Kyai Hasyim Asy’ari, silahkan laksanakan niatmu kalau mau
membentuk wadah Ahlu Sunah Wal Jamaah. Saya rela tapi tolong saya jangan
ditulis’.
Itu wasiat Habib Hasyim, terus Kyai Hasyim Asy’ari merasa lega dan puas. Kemudin Kiai Hasyim Asy’ari menuju ke tempatnya Mbah Kiai Kholil Bangkalan, kemudian Mbah Kyai kholi bilang sama Kyai Hasyim Asyari laksanakan apa niatmu saya ridlo seperti ridlonya Habib Hasyim tapi saya juga minta tolong, nama saya jangan ditulis.’ Kata Kiai Hasyim Asy’ari ini bagaimana kyai, kok tidak mau ditulis semua. Terus mbah Kiai Kholil menjawab kalau mau tulis silahkan tapi sedikit saja. Itu tawadluknya Mbah Kyai Ahmad Kholil Bangkalan. Dan ternyata sejarah tersebut juga dicatat oleh Gus Dur.
Itu wasiat Habib Hasyim, terus Kyai Hasyim Asy’ari merasa lega dan puas. Kemudin Kiai Hasyim Asy’ari menuju ke tempatnya Mbah Kiai Kholil Bangkalan, kemudian Mbah Kyai kholi bilang sama Kyai Hasyim Asyari laksanakan apa niatmu saya ridlo seperti ridlonya Habib Hasyim tapi saya juga minta tolong, nama saya jangan ditulis.’ Kata Kiai Hasyim Asy’ari ini bagaimana kyai, kok tidak mau ditulis semua. Terus mbah Kiai Kholil menjawab kalau mau tulis silahkan tapi sedikit saja. Itu tawadluknya Mbah Kyai Ahmad Kholil Bangkalan. Dan ternyata sejarah tersebut juga dicatat oleh Gus Dur.
Inilah sedikit perjalanan Nahdlotul Ulama. Inilah perjuangan pendiri
Nahdlotul ulama. Para pendirinya merupakan tokoh-tokoh ulama yang luar biasa.
Makanya hal-hal yang demikian itu tolong ditulis, biar anak-anak kita itu tidak
terpengaruh oleh yang tidak-tidak, sebab mereka tidak mengetahui sejarah.
Anak-anak kita saat ini banyak yang tidak tahu, apa sih NU itu? Apa sih Ahlu
Sunah itu? La ini permasalahan kita. Upaya pengenalan itu yang paling mudah
dilakukan dengan memasang foto-foto para pendiri NU, khususnya foto Hadrotu
Syekh Kiai Hasyim Asy’ari.
(Disampaikan oleh Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi Bin
Ali Bin Hasyim Bin Yahya pada Harlah NU di Kota Pekalongan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar