Rabu, 05 Desember 2012

Biografi Singkat Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz BSA


Biografi Singkat Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz BSA



Hadhramaut, sebuah provinsi di Negara Yaman, yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia, hal ini disebabkan telah terjalinnya hubungan yang begitu indah antara keduanya semenjak ratusan tahun yang silam, dimana tercatat dalam sejarah bahwa dari negeri inilah cikal bakal Islam yang berkembang di Indonesia.
Hadhramaut sejak belasan abad yang silam telah tercatat sebagi negara yang menumbuhkan beberapa tokoh terkenal baik dari kalangan ulama maupun orang-orang shaleh. Di abad ke 8 H seorang ulama terkenal pernah melantunkan dua bait syair mengenai penghuni daerah Hadhramaut:
Aku melewati lembah Hadhramaut seraya menyampaikan salam, dan aku disambut dengan senyuman dan muka beseri-seri. Kutemukan di situ para pembesar dan tokoh yang tidak akan ditemukan di barat maupun di timur.”
Begitulah pandangan umum tentang masyarakat dan penduduk Hadhramaut dari masa ke masa. Nuansa religius akan dirasakan oleh setiap orang yang memasuki daerah tersebut, sedangkan pusat ilmiah dan dakwah terletak di kota Tarim yang merupakan kota terpenting di daerah tersebut.
Di tempat dan nuansa seperti inilah al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz dilahirkan, tepatnya pada hari Senin tanggal 4 Muharram 1383 H, yang bertepatan dengan tanggal 27 Mei 1963.
Beliau tumbuh diantara keluarga shaleh dan berilmu, ayah beliau adalah seorang ulama terpandang yang mencapai derajat mufti dalam madzhab Syafi’i. Kakek beliau juga adalah seorang ulama yang produktif. Sedangkan saudara tertua beliau yaitu al-Habib Ali Masyhur adalah seorang ahli fiqih yang sampai saat ini menjadi pemuka para mufti kota Tarim.
Cinta terhadap ilmu dan kaum sholihin telah tertanam dalam jiwa al-Habib Umar sejak beliau telah menghafal al-Quran dan mempelajari ilmu-ilmu dasar agama. Ketika beliau berumur 9 tahun ayah beliau yaitu al-Habib Muhammad bin Salim diculik oleh orang-orang komunis yang saat itu sedang berkuasa di kawasan Yaman Selatan. Ayah beliau diculik lantaran tegas dalam menyampaikan dakwah dan kebenaran. Hingga sampai saat ini beliau tidak diketahui keberadaannya.
Ketika beliau masih kecil, keadaan Hadhramaut tidak kondusif, tekanan dan intimidasi dilakukan kepada para ulama dan pengajar. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat Habib Umar. Dengan sembunyi-sembunyi beliau belajar pada para ulama di masa itu. Selain belajar pada ayahandanya, al-Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz, beliau juga belajar pada al-Habib Muhammad bin Alwi bin Shahab, al-Munshib al-Habib Ahmad bin Ali bin Syekh Abu Bakar, al-Habib Muhammad bin Abdullah al-Haddar (di kota Baidho–Yaman), al-Habib Ibrahim bin Agil bin Yahya (di Kota Taiz–Yaman), juga kepada al-Habib al-Imam Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf. Disamping itu dalam kesempatan inilah beliau ke Haramain untuk berhaji. Beliau juga menyempatkan untuk mengikat hubungan dengan banyak ulama di sana.
Dari tangan merekalah al-Habib Umar menguasai berbagai disiplin ilmu, mulai dari ilmu fikih, tauhid, usul fikih, sejarah, tata bahasa hingga ilmu tazkiah (tasawuf). Dan sejak umur 15 tahun beliau telah terbiasa untuk menyampaikan ilmu yang didapatkan dari guru-gurunya itu dalam rangka dakwah ilallah.

Karya dan Rihlah al-Habib Umar bin Hafidz
Di tengah kesibukannya sebagai pendidik dan juru dakwah al-Habib Umar masih sempat menulis beberapa buku, diantaranya:
1.      Is’af Thalibi Ridha al-Khallaq bi Makarim al-Akhlaq
2.      Taujihat ath-Thullab
3.      Syarh Mandzumah Sanad ‘Alawiy
4.      Khuluquna
5.      Dakhirah Musyarrafah
6.      Khulashah Madad an-Nabawiy
7.      Adh-Dhiya’ al-Lami’ bi Dzikri Maulid an-Nabiy asy-Syafi’
8.      Syarab al-Thahur fi Dzikri Shirath Badr al-Budur
9.      Taujihat an-Nabawiyyah
10.  Nur ‘Aliman
11.  Al-Mukhtar Syifa as-Saqim
12.  Al-washatiah
13.  Mamlakat al-Qa’ab wa al-‘Adha’
Dari diwan yang berisi syair-syair beliau yang terdiri dari empat juz, disamping rekaman ceramah yang mencapai ribuan cd, vcd dan kaset. Waktu-waktu beliau seakan hanya untuk dakwah, tiada menit dan detik kecuali beliau sibuk dengan urusan dakwah. Beliau kerap kali melakukan perjalan ke berbagai penjuru dunia, mulai dari Haramain, Syam, Mesir, Afrika, Asia Tenggara, hingga ke daratan Eropa. Kita ketahui sendiri al-Habib Umar setiap tahunnya pada bulan Muharram mengunjungi Indonesia.
Dakwah beliau juga sangat dirasakan kesejukannya dan disambut dengan hangat oleh umat Islam di Indonesia. Masyakarat menyambut beliau dengan sangat antusias dan hangat, mengingat bahwa kakek beliau yang kedua, al-Habib Hafidz bin Abdullah bin Syekh Abubakar bin Salim, berasal dari Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia. Dakwah beliau yang sangat indah dan sejuk itu yang bersumber dari kakek beliau Nabi Muhammad Saw., sangatlah diterima oleh berbagai kalangan, baik pemerintah maupun rakyat, kaya ataupun miskin, tua dan muda.
Di Indonesia al-Habib Umar sudah beberapa kali membuat kerjasama dengan pihak bahkan pemerintah Indonesia, dalam hal ini Dirjen Kelembagaan Keagamaan Departemen Agama RI meminta pembuatan kerjasama dengan al-Habib Umar dan Darul Musthafa untuk pengiriman SDM yang berkualitas, khususnya para kyai pimpinan pondok pesantren untuk mengikuti program pesantren kilat selama tiga bulan di bawah bimbingan langsung al-Habib Umar. Sampai saat ini, banyak sudah santri-santri di Indonesia yang menuntut ilmu di pondok pesantren yang beliau pimpin, Darul Musthafa di Hadhramaut, dan telah melahirkan banyak da’i-da’i yang meneruskan perjuangan dakwahnya di berbagai daerah di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar